Sahabat.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menggelontorkan dana US$11 miliar atau sekitar Rp171,3 triliun untuk penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) chip semikonduktor super canggih.
Pada Agustus 2022, Kongres AS menyetujui Undang-Undang (UU) terkait pengembangan Chip dan Sains yang dinilai sebagai langkah penting guna mengamankan keunggulan inovasi semikonduktor dan manufaktur bagi negara tersebut.
Sebab, China makin gencar mengembangkan industri chip dalam negeri yang dikhawatirkan mengancam dominasi Negara Paman Sam itu. UU tersebut juga menetapkan anggaran total US$52,7 miliar, termasuk US$39 miliar subsidi untuk produksi semikonduktor dan US$11 miliar untuk penelitian dan pengembangan.
Aturan baru ini juga memberikan kredit pajak investasi sebesar 25 persen untuk membangun pabrik chip, yang diperkirakan bernilai US$24 miliar.
Melansir Gizmochina, Selasa (13/2/2024), inti dari program ini adalah membangun Pusat Teknologi Semikonduktor Nasional (National Semiconductor Technology Center/NSTC) yang akan melakukan penelitian dan pembuatan prototipe teknologi semikonduktor yang canggih.
Pengoperasian NSTC merupakan kemitraan publik-swasta, yang akan memimpin kegiatan penelitian dan pembuatan prototipe dalam teknologi semikonduktor super canggih.
Upaya kolaboratif ini akan menyatukan pemerintah, pelanggan industri, pemasok, akademisi, pengusaha, pemodal ventura untuk bisa terkoneksi, melakukan jejaring, serta berinovasi yang memungkinkan AS bersaing dan mengalahkan dunia.
Sementara itu, Menteri Energi Jennifer Granholm menekankan pentingnya penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan nasional.
Menurutnya, pendekatan multifaset NSTC mencakup penciptaan dana investasi untuk mendukung perusahaan-perusahaan semikonduktor yang sedang berkembang, memelihara pertumbuhan mereka dan memfasilitasi komersialisasi teknologi.
Upaya tersebut, kata dia, merupakan bagian dari strategi industri chip untuk mencegah hilangnya lapangan kerja di luar negeri dan menambah lapangan kerja serta memperkuat kemampuan manufaktur negara tersebut.
"Program manufaktur semikonduktor bertujuan memberikan subsidi untuk produksi chip dan investasi dalam rantai pasokan. Program ini juga akan membantu dalam membangun pabrik dan meningkatkan kapasitas produksi," ujar Granholm.
Lebih jauh dari itu, program ini juga dimaksudkan untuk mempercepat produksi teknologi semikonduktor super canggih di AS, memangkas jalur dari desain hingga komersialisasi, dan membina tenaga kerja terampil mulai dari teknisi hingga insinyur.
"Kolaborasi pemangku kepentingan merupakan inti dari inisiatif ini, dengan beragam peserta mulai dari perancang chip hingga serikat pekerja yang berupaya mencapai tujuan bersama," sambungnya.
Setelah gangguan rantai pasokan selama pandemi Covid-19 dan kekhawatiran akan ketergantungan pada pihak asing, khususnya Taiwan, pemerintah AS merespons dengan menghadirkan Undang-Undang Chip dan Sains.
Hal ini demi untuk memperkuat industri semikonduktor AS. Dengan investasi yang berani dan upaya kolaboratif ini, Negara Adikuasa tersebut siap merebut kembali posisinya sebagai yang terdepan dalam inovasi semikonduktor.
0 Komentar
Diskusi ATVI Bersama Wamen Komunikasi dan Informatika: Bangun Ekosistem Digital Inklusif
AS Gelontorkan Rp171,3 Triliun untuk Penelitian dan Pengembangan Semikonduktor Super Canggih
Beredar Rumor Update Desain iOS 18, Terinspirasi VisionOS
Tingkat Adopsi iOS 17 Lebih Lambat Dibandingkan iOS 16
Laptop Terbaru Lenovo Dilengkapi dengan Teknologi AI
Microsoft Siap Singkirkan Apple Jadi Perusahaan Paling Bernilai di Dunia
HarmonyOS Siap Singkirkan iOS di China
Menkominfo: BTS 4G di Daerah 3T Tingkatkan Produktivitas Masyarakat
Leave a comment